" Laju pasar obligasi cenderung kembali berbalik menguat dengan adanya aksi beli," ujar Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (8/8).
Pada FR0063 yang memiliki waktu jatuh tempo ±5 tahun dengan harga 92,50% memiliki imbal hasil 7,59% atau turun 0,07 bps dari sebelumnya di harga 92,00% memiliki imbal hasil 7,653%. Untuk FR0075 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 93,75% memiliki imbal hasil 8,14% atau turun 0,01 bps dari sehari sebelumnya di harga 93,65% memiliki imbal hasil 8,15%.
Adapun pada Selasa (7/8), rata-rata harga obligasi Pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,12 bps di level 109,90 dari sebelumnya di level 109,78. Rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price naik 0,10 bps di level 105,31 dari sebelumnya di level 105,21.
Sementara itu, pergerakan imbal hasil SUN 10Yr berada di level 7,75% dari sebelumnya di level 7,78% dan US Govn’t bond 10Yr di level 2,98% dari sebelumnya di level 2,93% sehingga spread di level kisaran 477,4 bps lebih rendah dari sebelumnya 485,1 bps. Kemudian pada laju imbal hasil obligasi korporasi, pergerakannya cenderung mendatar.
Pada obligasi korporasi dengan rating AAA dimana imbal hasil untuk tenor 9-10 bergerak turun tipis di kisaran level 9,76%-9,87%. Pada rating AA dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 10,10%-10,15%. Pada rating A dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 11,25%-11,40%, dan pada rating BBB di kisaran 13,98%-14,01%.
" Pergerakan imbal hasil obligasi dalam negeri yang cenderung turun diharapkan masih dapat bertahan seiring merespon sentimen positif dari pergerakan Rupiah yang menguat," terang dia.
Akan tetapi, secara sentimen makro tidaklah terlalu baik dengan adanya rilis data makroekonomi yang melemah. Di sisi lain, pergerakan imbal hasil obligasi AS kembali meningkat seiring rilis data ketenagakerjaan yang mengalami kenaikan meski dibawah perkiraan.
" Tetap cermati dan waspadai terhadap potensi pelemahan kembali jika sentimen positif yang ada kurang kuat mendukung bertahannya pasar obligasi," tambahnya.
Sumber : Akurat.co
Editor : Ges
Tidak ada komentar:
Posting Komentar