Senin (22/7) kemarin, dalam pidato kenegaraannya ia mengatakan bahwa perjanjian dengan Presiden Xi itu menjamin perdamaian dengan tidak adanya perang terkait Laut China Selatan. Selama ini klaim China dan Filipina di wilayah laut itu tumpang tindih.
“Kami memiliki Laut Filipnan Barat tetapi China mengendalikannya. Ini adalah realitas, sudah ada rudal di pulau buatan yang dapat menjangkau Manila dalam tujuh menit,” tutur Duterte sembari menegaskan sikap tidak ragu China mengerahkan rudal tersebut sebagaimana dilansir South China Morning Post (22/7).
“Jika kalian ingin marinir mengusir nelayan China, tidak ada satu pun dari mereka yang akan pulang dalam keadaan hidup,” tambahnya lagi.
Duterte membahas masalah laut Filipina barat selama sembilan menit. Mengungkap bahwa Presiden Xi mendesaknya agar mengizinkan nelayan China mencari ikan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Sebulan sebelumnya kapal nalayan China menabrak kapal nelayan Filipina hingga menenggelamkannya.
“Xi berkata, "Saya akan mengail," siapa yang mampu mencegahnya? Saya berkata, "Kami akan mengail karena kami mengklaimnya,". Saya katakan, "Silahka izinkan," karena sebelumya (China sudah) mengusir nelayan kita,” cerita Duterte di hadapan sekitar 2000 anggota parlemen.
Laut Filipina Barat adalah bagian dari Laut China Selatan yang terletak di pesisir pantai barat Filipina. Manila menamainya di tahun 2012 sebagai cara mempertegas kedaulatan teritorial di wilayah tersebut.
Duterte juga menyinggung soal rencana Xi Jinping melakukan eksplorasi pencarian minyak bumi ketika dalam pertemuan dengannya di tahun 2016.
Sumber : Akurat.co
Editor : Ges
Tidak ada komentar:
Posting Komentar