Bagi beberapa wanita, stres kronis dapat mempengaruhi ovulasi dengan mengubah sinyal ke hipotalamus, pusat otak yang mengatur beberapa hormon yang memicu ovarium untuk melepaskan sel telur setiap bulan.
Wanita yang mengalami stres tanpa henti dapat mengalami ovulasi lebih jarang, sehingga lebih sulit untuk merencanakan pembuahan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres juga dapat memengaruhi kadar testosteron dan produksi sperma pada pria.
Penelitian yang dilakukan tim dari Universitas California San Diego menunjukkan, wanita yang sedang stres dan menjalani program bayi tabung (IVF) memiliki angka keberhasilan yang rendah.
Di lain hal, susah hamil merupakan penyebab stres, kecemasan, bahkan depresi. Studi di Jepang menunjukkan, sekitar 40 persen wanita yang punya masalah kesuburan ternyata mengalami gangguan kecemasan atau depresi sebelum mereka menjalani program kehamilan.
“Terutama jika kita bisa mengelola stres pekerjaan itu sehingga tidak merasa cemas terus-menerus atau mengalami gejala stres berat seperti susah tidur, makan banyak atau tidak nafsu makan, serta kehilangan minat menjalankan kegiatan sehari-hari,” kata dokter ahli fertilitas, Alice Domar dari Boston IVF.
Stres memang tidak bisa dihindari kedatangannya, tetapi tentu bisa dikelola dengan baik agar tidak berkelanjutan.
Sumber : Akurat.co
Editor : Ges
Tidak ada komentar:
Posting Komentar