Begitupula dengan kegiatan bisnis, dulunya dilakukan bertatap muka, kini dari jarak jauh pun transaksi bisa dilakukan dengan media sosial. Akses bisnis yang mudah mulai merevolusi industri tahap demi tahap.
Namun dibalik kemajuan itu, media sosial juga merupakan koin dengan dua sisi. Sisi gelapnya media sosial menjadi penyebaran hoax, perdagangan illegal dan tidak lepas dari itu industri porno tersebar dengan liar dan bisa dijalani siapa saja.
Dahulunya industri porno benar-benar terbatas, dari distribusinya harus di toko khusus dan akses menikmati industri hawa nafsu ini begitu terbatas.
Namun semenjak Fabian Thlymann dengan perusahaan mindgeek berhasil membawa porno masuk ranah media sosial seperti youtube. Fabian dengan tangannya berhasil menciptakan pornografi yang bisa diakses seperti medsos seperti pornhub dan Youporn layaknya youtube.
Dikutip dari laman dazeddigital, pergeseran pornografi diranah medosos ini menciptakan genre yang disebut amatir. Layaknya YouTube yang video bisa diciptakan oleh orang biasa, Pornografi amatir sering dibuat oleh non-profesional, namun menawarkan representasi yang lebih otentik.
“(Dalam gelombang ini) akan mambangun hubungan yang lebih manusiawi dan emosional sebelum Anda melihat mereka bercinta,” kata Paulita Pappel, wanita yang menjalankan situs percintaan intim pasangan asli dari Berlin.
“Yang luar biasa, (dalam film yang terlihat realita) Anda dapat lebih berhubungan dengan mereka.”
Pappel mengatakan, atas gelombar baru itu beberapa perusahaan memproduksi pornografi ‘amatir’, dan mendiktekan skrip seksual yang ketat kepada artis mereka, sesuai dengan apa yang mereka yakini ingin dilihat pelanggan atau penonton. Dengan kata lain, pornografi amatir juga tidak otentik atau nyata atau tidak asli, alias palsu.
Sementara itu, Dian Hanson, yang telah bekerja di industri porno sejak tahun 70-an, menjelaskan bagaimana sepanjang era keemasan atau golden age pornografi, sekitar tahun 1969-1984.
Pornografi dibuat hanya oleh perusahaan produksi bermodal besar, dan yang tampil di dalamnya melalalui pemilihan eksklusif seperti wanita paling cantik dan pria yang dipoles. Saat itu lebih mirip pembuatan film Hollywood daripada pornografi online sekarang ini.
Kemewahan industri membuat para pelaku pornografi tampaknya tidak terjangkau oleh para fansnya tidak seperti para. Pornografi dulunya hanya sebuah tontonan yang fansnya tidak jelas.
Namun kini, kata Hanson, tren berkembang sehingga orang dapat terhubung secara digital dengan bintang film dewasa favorit mereka. Mereka dapat mengikuti idola mereka di Tumblr, Twitter dan Instagram, mengirim email kapan saja, dan bahkan membelikan mereka hadiah. Sekarang semua orang ingin mendekati orang-orang yang mereka kagumi.
Bahkan semenjak munculnya webcam dan media sosial, secara otomatis mengharuskan bintang pornografi diharapkan selalu dapat diakses dan responsif. Sehingga penikmat bisa berhubungan dengan mereka melampaui dari sekadar melihat mereka bertelanjang setelah syuting dalam bentuk vidio lewat medsos.
Sumber : Akurat.co
Editor : Ges
Tidak ada komentar:
Posting Komentar