Penurunan ini sejalan dengan perkiraan BSP terhadap inflasi tahun ini senilai 2,5%. Untuk itu, Gubernur BSP Benjamin Diokno telah mengisyaratkan langkah tersebut guna menjaga inflasi masih dalam kisaran 2 persen – 4 persen, menurut lansiran dari Bloomberg.
"Dengan keputusan ini, Dewan Moneter percaya bahwa prospek inflasi dapat menurun sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kepercayaan pasar," katanya dalam pernyataan terkait keputusan BSP.
Tahun lalu, BSP menjadi salah satu Bank Sentral paling agresif di Asia dalam hal pengetatan kebijakan moneter ditengah tingginya inflasi akibat naiknya harga minyak dan beras. Melihat hal itu, investor juga menjual modalnya di pasar negara berkembang yang menempatkan mata uang negara yang dipimpin Duterte di bawah tekanan.
Sejak itu, otoritas moneter Filipina melonggarkan kebijakannya tahun ini di tengah pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang lebih lambat.
Konsumsi hanya meningkat 1,7 persen pada Agustus dari tahun lalu, laju paling lambat dalam hampir 3 tahun. Adapun pada kuartal II/2019, pertumbuhan ekonomi Filipina melambat menjadi 5,5 persen, paling lesu dalam lebih dari 4 tahun.
Kendati demikian, pemerintah Duterte memperkirakan pertumbuhan melesat tajam menjadi 6 persen – 7 persen pada kuartal III, mengingat pengeluaran infrastruktur pemerintah dan investasi sektor swasta yang lebih tinggi.
Sumber : Akurat.co
Editor : Ges
Tidak ada komentar:
Posting Komentar