Senin, 02 September 2019

Ketimbang Belanja Makanan Bergizi Buat Anak Lebih Baik Beli Rokok: Fenomena Stunting

Salam sejahtera bagi pembaca Berita Good Day, kali ini saya akan memberikan berita terhangat yang Saya baca di artikel artikel terkait, Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, kemudian diperparah lagi dengan perilaku merokok, menjadikan kondisi penduduk desa tersebut kian memprihatinkan.
* Survei yang dilakukan Puskesmas Wonosalam I menunjukkan jumlah perokok aktif penduduk laki-laki mencapai 90 persen.
* Biaya untuk membeli rokok terlihat lebih besar ketimbang untuk pendidikan dan kesehatan.

***


Pada 2018 lalu, Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia merilis hasil penelitian kuantitatif yang membuktikan perilaku merokok pada orang tua meningkatkan risiko anak mengalami stunting.

Namun, penelitian tersebut masih membutuhkan tambahan untuk menjelaskan bagaimana transmisi rokok berpengaruh pada stunting.

Tim peneliti yang terdiri dari Teguh Dartanto-Faizal Rahmanto Moies (Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI), Renny Nurhasana-Aryana Satrya (Pusat Kajian Jaminan Sosial UI), dan Hasbullah Thabrany (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) kembali melakukan studi kualitatif untuk menemukan jalur transimisi tersebut.

“Kita mencoba mengexplore apa yang terjadi di lapangan apakah memang benar rokok ada transmisi ke stunting atau nggak, itu kita coba dalami. Walaupun stunting tidak satu-satunya karena rokok, tapi kita mencoba melihat sebuah cerita tentang kondisi stunting,” kata Teguh Dartanto di Jakarta, Kamis 29 Agustus 2019.

Metode yang digunakan dalam penelitian itu wawancara mendalam dan literature review. Wawancara dilakukan dengan para informan. Informasi menceritakan bagaimana kehidupan keluarga, pola perilaku merokok, pola asuh anak, dan pandangan tentang stunting.

Daerah yang diteliti yaitu Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Demak dipilih karena prevalensi kasus stunting di sana tinggi, di atas level nasional (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).

“Demak merupakan salah satu kabupaten dengan level tertinggi kasus stunting di Jawa Tengah. Dimana tahun 2019, stunting berada di 50,23 persen yang cukup tinggi jauh di atas level nasional. Demak menjadi satu dari 60 kabupaten prioritas stunting. Berarti ini Demak menjadi salah satu titik permasalahan stunting. Lalu juga kita menemukan bahwa di Demak untuk merokok itu 22,23 persen dan itu di atas rata-rata di Jawa Tengah. Sehingga kami memilih Demak sebagai lokasi riset,” ujar Faizal.

Setelah memilih Kabupaten Demak sebagai lokasi penelitian, Faizal dan tim menentukan lokasi spesifik yaitu Kecamatan Wonosalam. Kecamatan tersebut memiliki 21 Desa Siaga serta memiliki 110 posyandu yang merupakan angka terbesar di antara kecamatan lainnya di Kabupaten Demak.


“Dimana kita ke Puskesmas Wonosalam dan mendapatklan list dari balita yang mengalami stunting di 11 desa. Lalu dari 11 desa tersebut kami menghitung level stuntingnya di masing-masing daerah dan dari data tersebut kami menemukan data tertinggi adalah di Desa Bunderan, yaitu sebesar 12.67 persen balita yang mengalami stunting berdasarkan standar WHO,” ujar Faizal.

Sumber : Akurat.co
Editor : Ges

Tidak ada komentar:

Posting Komentar