Senin, 23 September 2019

Apakah Benar Nutella Terbuat dari Kacang yang Dipanen oleh Pekerja Anak-anak?

Salam sejahtera bagi pembaca Berita Good Day, kali ini saya akan memberikan berita terhangat yang Saya baca di artikel artikel terkait, Berdasarkan laporan, hampir tiga perempat pasokan kacang hazelnut dunia berasal dari Turki. Ferrero Group, perusahaan pembuat selai paling ternama di dunia; Nutella, lantas menjadi topik menarik terkait apakah produk selai ini terlibat dalam eksploitasi anak.


Pasalnya, survei menunjukkan bahwa produksi kacang di dunia justru dihasilkan oleh buruh migran, termasuk pekerja anak-anak. Kemudian, pertanyaannya adalah apa yang dilakukan Ferrero untuk memastikan produknya tidak bergantung pada para pekerja anak?

Untuk menjawab ini pun, jurnalis BBC meliput langsung bagaimana kisah para pekerja pemetik kacang yang berada di Turki.

Mehmet Kelekci, salah satu pekerja pemetik kacang menceritakan bagaimana setiap hari ia harus bekerja sekitar 10 jam serta mengangkut setidaknya 35 kg karung kacang yang baru dipetik ke punggungnya. Anak-anak serta istri migran Kurdi ini pun turut serta membantu Mehmet bekerja memunguti kacang-kacang yang jatuh di atas tanah. Tidak hanya itu, setiap hari, keluarga Mehmet harus berjuang menyusuri lereng yang terjal dan sangat curam sembari membawa berkilo-kilo kacang hazelnut.

"Ketika kami berpikir tentang 'kacang hazelnut', yang terlintas di pikiran kami hanyalah kesengsaraan dan kerja keras," ucap Mehmet sembari menggendong karung kacangnya.

Tidak jauh dari Mehmet, dua pemetik kecil, Mustafa (12) dan Mohammed (10) tampak sibuk memetik kacang dari pohon hazelnut yang jauh lebih tinggi dari badan mungil mereka. Tentu saja, usia Mustafa dan Mohammed jauh jika dibandingkan batas usia kerja minimum di Turki, yaitu harus berusia minimal 15 tahun untuk pekerjaan full-time. Kedua anak Mehmet ini lantas menjadi pekerja ilegal.

Namun, pemandangan anak-anak bekerja di kebun hazelnut menjadi suasana biasa pada bulan Agustus, lantaran pada bulan itu, 70 persen stok hazelnut dunia dibawa dari Laut Hitam Turki.

Sebagian besar pemetik pun diketahui adalah migran musiman dari suku Kurdi yang berada di pemukiman miskin sebelah selatan dan timur Turki. Sementara, tingkat upah resmi pekerja yang ditetapkan oleh otoritas lokal adalah 95 Lira atau sekitar Rp232 ribu per hari. Jumlah upah ini tentu saja jauh di bawah upah bersih minimum resmi yang ditetapkan pemerintahan Turki, yaitu 2.020 lira (Rp4,9 juta) per bulan selama 40 atau 45 jam seminggu.

Namun, keluarga Mehmet dan suku Kurdi lainnya harus rela menerima upahnya dikurangi lantaran mereka harus membayar komisi sebesar 10 persen kontraktor tenaga kerja yang telah membawa mereka dari kota asal mereka di Sanliurfa. Alhasil, dalam sehari, keluarga Mehmet dan migran lainnya hanya menerima maksimal sekitar 65 Lira (Rp159 ribu) per hari.

Meskipun dianggap menyalahi peraturan batas usia pekerja anak, tetapi pemilik kebuh terkadang tidak bisa melarang orang tua mereka untuk mempekerjakan anak-anak mereka. Salah satu pemilik kebun kacang hazelnut, Kazim Yaman, menuturkan bahwa ia sebenarnya tidak ingin mempekerjakan anak-anak, tetapi orang tua mereka bersikeras ingin anak-anak mereka bekerja.

"Mereka membuat anak-anak mereka bekerja seperti mesin. Mereka berpikir semakin banyak anak, semakin untung. Saya berusaha untuk tidak membuat mereka bekerja, tetapi kemudian mereka mengatakan mereka akan pergi. Ibu dan ayah ingin mereka bekerja dan bisa dibayar. Rantai ini (pun) harus segera dipatahkan," ucap Kazim seperti dilansir oleh BBC pada Selasa (17/9).

Tapi bagaimana caranya? Turki setidaknya memiliki sekitar 400 ribu kebun hazelnut yang dikelola oleh keluarga kecil, dan sebagian dari mereka tidak tahu menahu di mana kacang mereka akan berakhir. Sementara, pada ujung rantai pasokan, Ferrero membeli sekitar sepertiga dari seluruh hasil panen Turki, yang berarti berat Nutella yang dihasilkannya setiap tahun sama dengan Empire State Building, yaitu sekitar 365 ribu ton.

Dalam sebuah wawancara, salah satu eksekutif perusahaan Ferrero Hazelnut Company di Turki, Bamsi Akin, mengatakan bahwa perusahaannya tidak pernah berniat untuk mempekerjakan anak-anak dan berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan bahwa produksi dihasilkan dengan cara yang etis.

"Jika kita memperoleh produk dengan praktik-praktik yang tidak etis, kita tidak akan menyentuhnya. Kami sedang melakukan peran kami untuk meningkatkan kerja sama sosial dengan pelatihan. Tetapi apakah sistemnya benar-benar bersih? Saya pikir tidak ada yang bisa mengatakan itu pada saat ini," ucap Akin.


Sumber : Akurat.co
Editor : Ges

Tidak ada komentar:

Posting Komentar