“Apalagi, ada hybrid car itu yang sampai hemat 50 persen. Selain itu, adanya kemudahan dari maintenance dari Kendaraan-Kendaraan berbasis elektrik,” ucapnya melalui keterangan yang diterima, Jakarta, Jumat (31/5/2019).
Dalam kunjungan kerja ke Jepang, Menperin juga mengunjungi pabrik baterai EVE di Hamamatsu. Dari kunjungan itu, Airlangga melihat, Indonesia punya potensi besar dalam penyediaan bahan bakunya. Sebab, Indonesia akan memiliki pabrik yang memproduksi material energi baru dari nikel laterit.
Potensi itu misalnya melalui investasi PT QMB New Energy Materials di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah, yang ditargetkan bakal beroperasi pada pertengahan tahun 2020. Total investasi yang ditanamkan sebesar USD700 juta dan akan menghasilkan devisa senilai USD800 juta per tahun.
“Proyek Industri smelter berbasis teknologi hydrometallurgy tersebut akan memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua nikel kobalt yang dapat digunakan untuk Kendaraan Listrik,” paparnya.
Terlebih lagi, sejumlah produsen Otomotif skala global sedang merencanakan persiapan untuk peluncuran Kendaraan Listrik di Indonesia dalam waktu dekat. Salah satunya adalah Toyota yang menggandeng Daihatsu, berencana akan memproduksi mobil hibrida di Indonesia pada tahun 2022.
“Bahkan, dengan kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah, cukup mengkompensasi perbedaan harga antara Kendaraan Listrik dengan Kendaraan internal combustion engine (ICE) yang ada sekarang,” jelasnya.
Selain itu, kata Menperin, pihak Toyota juga memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang telah sukses menyelenggarakan Pemilihan Umum 2019 dan mampu menjaga iklim investasi yang kondusif.
“Mereka juga menyampaikan komitmennya terhadap pengembangan Industri Otomotif di Indonesia,” pungkasnya.
Sumber : Akurat.co
Editor : Ges
Tidak ada komentar:
Posting Komentar